Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah, limpahkanlah taufiq-Mu kepada kami dan kepada setiap orang yang mencintai dan mengamalkan sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Ya Allah, sucikanlah hati kami dan hati saudara-saudara kami umat Islam dari berbagai noda yang mengotorinya dan bukakanlah hati kami untuk menerima kebenaran dari siapa pun datangnya.
Kejayaan umat Islam adalah impian dan dambaan setiap muslim. Penerapan syari’at Allah Ta’ala di muka bumi adalah idaman dan cita-cita setiap orang yang beriman. Terwujudnya keadilan dengan sepenuh makna dan dalam segala aspek kehidupan umat manusia adalah tujuan perjuangan setiap orang yang beriman kepada hari akhir.
Untuk merealisasikan cita-cita luhur nan suci ini, syari’at Islam hanya mengajarkan satu cara, yaitu mewujudkan keimanan yang benar dan amal yang shaleh selaras dengan syari’at Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Sebagaimana Allah Ta’ala telah mengajarkan metode jitu untuk merealisasikan kejayaan kita umat Islam, Allah Ta’ala juga memperingatkan kita dari petaka besar yang akan meruntuhkan kejayaan dan segala kenikmatan yang ada pada mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berselisih, sehingga kamu menemui kegagalan dan hilanglah kekuatanmu.” (QS. Al Anfal: 46)
Amatilah, pada ayat ini Allah Ta’ala menjadikan ketaatan kepada syari’at Allah dan Rasul-Nya sebagi lawan dari perselisihan, dan perselisihan/perpecahan adalah sumber/biang kerok bagi kelemahan serta hilangnya kekuatan dan kekuasaan umat Islam.
Dan bila kita mengurutkan kronologi kejadian di atas dengan terbalik, maka akan menjadi seperti berikut: Berbagai kelemahan dan hilangnya kekuatan dan kekuasaan umat Islam diakibatkan oleh adanya perselisihan dan perpecahan antara mereka. Dan perselisihan/perpecahan adalah akibat langsung dari ketidaktaatan umat Islam terhadap syari’at Allah dan Rasul-Nya.
Dan sudah barang tentu, dan kita semua menyadari bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya hanya akan dapat direalisasikan, bila kita benar-benar mengamalkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, sahabatnya dan ulama’ terdahulu (salafus sholeh).
Wasiat dari Allah ini juga ditegaskan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau berikut:
لا تختلفوا فإن من كان قبلكم اختلفوا فهلكوا
“Janganlah kamu saling berselisih, karena umat sebelummu telah berselisih, sehingga mereka binasa/runtuh.” (HSR Muslim)
Inilah sumber permasalahan, dan inilah sumber kelemahan yang harus segera dibenahi dan diperangi, yaitu adanya berbagai penyelewengan dari ajaran Al-Qur’an dan As Sunnah. Inilah sebab terjadinya kemunduran sekaligus kekalahan umat Islam dari selain mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Umat Islam mundur dan kalah bukanlah karena kekurangan pengikut, atau kalah dalam hal teknologi atau persenjataan. Akan tetapi sebab utamanya ialah apa yang telah saya jabarkan di atas, yaitu umat islam pada zaman ini telah terpecah-pecah pemahaman dan keimanannya, dan mereka berusaha mencari kemuliaan dari selain jalan Allah dan Rasul-Nya, dan mencampakkan jauh-jauh syari’at yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah, sehingga keadaan mereka itu seperti digambarkan dalam pepatah arab:
ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها إن السفينة لا تجري على اليبس
Kau dambakan keselamatan, tapi engkau tak menempuh jalurnya
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan
Oleh karena itu berbagai upaya mereka hanyalah menambah berat petaka yang melanda umat, dan bukan menguranginya.
Banyak dari tokoh umat Islam menyeru dan menggalang kekuatan umat Islam untuk mewujudkan kembali kejayaannya, dengan berbagai metode yang mereka yakini; ada yang menempuh jalur parlemen untuk dapat mencapai pada kekuasaan, dan ada pula yang menempuh jalur kekerasan, dan ada yang menempuh jalur-jalur lainnya. Akan tetapi betapa sedikitnya tokoh umat Islam yang tetap istiqomah meniti jalur dan metode yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jalur pembinaan masyarakat dengan ilmu yang shahih dan amal yang shaleh, tanpa dinodai oleh syubhat, kesyirikan dan bid’ah.
Kisah berikut adalah bukti nyata dan penjabaran gamblang tentang metode yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam mewujudkan kejayaan umat islam:
Tatkala pasukan orang-orang Quraisy telah menghadang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam beserta kaum muslimin, dan kemudian terjadi negoisasi antara kedua belah pihak, diantara tawaran yang ditawarkan oleh orang-orang Quraisy kepada beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam ialah tawaran yang disampaikan oleh ‘Utbah bin Rabi’ah:
“Wahai keponakanku, bila yang engkau hendaki dari apa yang engkau lakukan ini adalah karena ingin harta benda, maka akan kami kumpulkan untukmu seluruh harta orang-orang Quraisy, sehingga engkau menjadi orang paling kaya dari kami, dan bila yang engkau kehendaki ialah kedudukan, maka akan kami jadikan engkau sebagai pemimpin kami, hingga kami tidak akan pernah memutuskan suatu hal melainkan atas perintahmu, dan bila engkau menghendaki menjadi raja, maka akan kami jadikan engkau sebagai raja kami, dan bila yang menimpamu adalah penyakit (kesurupan jin) dan engkau tidak mampu untuk mengusirnya, maka akan kami carikan seorang dukun, dan akan kami gunakan seluruh harta kami untuk membiayainya hingga engkau sembuh”.
Mendengar tawaran yang demikian ini, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak lantas menerima salah satu tawarannya yang berupa tawaran menjadi raja/pemimpin –sebagaimana yang diteorikan oleh banyak harokah islamiyyah zaman sekarang- agar dapat memimpin dan kemudian baru akan mengadakan perubahan undang-undang dst. Nabi tetap meneruskan perjuangannya membentuk tatanan masyarakat muslim yang beraqidahkan aqidah islam/tauhid dan berakhlakkan dengan akhlaq islamiyyah. Oleh karena itu Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab tawaran orang ini dengan membacakan surat Fushshilat (artinya):
“Haa Miim. Diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)”. Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya”. Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya) dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. ika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud”. (QS. Fusshilat: 1-13)
Setelah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam sampai pada ayat ke 13 ini, Utbah bin Rabi’ah berkata kepada beliau:
فقال عتبة : حسبك، ما عندك غير هذا ؟ قال : لا
“Cukup sampai disini, apakah engkau memiliki sesuatu (misi/tujuan) selain ini? Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Tidak.” [Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, Ibnu Hisyam 2/131, Dan Dalail An Nubuwah oleh Al Asbahani 1/194, dan kisah ini dihasankan oleh Syeikh Al Albani dalam fiqhus sirah]
Inilah sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah, dan inilah sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan kejayaan umat. Dan barang siapa menyelisihi metode ini, sehingga menempuh jalur lain, niscaya kekecewaan dan kegagalanlah yang akan ia tuai Dalam pepatah dinyatakan:
من استعجل الشَّيء قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barang siapa yang tergesa-gesa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya, niscaya ia akan dihukumi dengan kegagalan mendapatkannya.”
Disusun oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. & Ustadz Firanda Andirja, Lc.
Ya Allah, limpahkanlah taufiq-Mu kepada kami dan kepada setiap orang yang mencintai dan mengamalkan sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Ya Allah, sucikanlah hati kami dan hati saudara-saudara kami umat Islam dari berbagai noda yang mengotorinya dan bukakanlah hati kami untuk menerima kebenaran dari siapa pun datangnya.
Kejayaan umat Islam adalah impian dan dambaan setiap muslim. Penerapan syari’at Allah Ta’ala di muka bumi adalah idaman dan cita-cita setiap orang yang beriman. Terwujudnya keadilan dengan sepenuh makna dan dalam segala aspek kehidupan umat manusia adalah tujuan perjuangan setiap orang yang beriman kepada hari akhir.
Untuk merealisasikan cita-cita luhur nan suci ini, syari’at Islam hanya mengajarkan satu cara, yaitu mewujudkan keimanan yang benar dan amal yang shaleh selaras dengan syari’at Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Sebagaimana Allah Ta’ala telah mengajarkan metode jitu untuk merealisasikan kejayaan kita umat Islam, Allah Ta’ala juga memperingatkan kita dari petaka besar yang akan meruntuhkan kejayaan dan segala kenikmatan yang ada pada mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berselisih, sehingga kamu menemui kegagalan dan hilanglah kekuatanmu.” (QS. Al Anfal: 46)
Amatilah, pada ayat ini Allah Ta’ala menjadikan ketaatan kepada syari’at Allah dan Rasul-Nya sebagi lawan dari perselisihan, dan perselisihan/perpecahan adalah sumber/biang kerok bagi kelemahan serta hilangnya kekuatan dan kekuasaan umat Islam.
Dan bila kita mengurutkan kronologi kejadian di atas dengan terbalik, maka akan menjadi seperti berikut: Berbagai kelemahan dan hilangnya kekuatan dan kekuasaan umat Islam diakibatkan oleh adanya perselisihan dan perpecahan antara mereka. Dan perselisihan/perpecahan adalah akibat langsung dari ketidaktaatan umat Islam terhadap syari’at Allah dan Rasul-Nya.
Dan sudah barang tentu, dan kita semua menyadari bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya hanya akan dapat direalisasikan, bila kita benar-benar mengamalkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, sahabatnya dan ulama’ terdahulu (salafus sholeh).
Wasiat dari Allah ini juga ditegaskan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau berikut:
لا تختلفوا فإن من كان قبلكم اختلفوا فهلكوا
“Janganlah kamu saling berselisih, karena umat sebelummu telah berselisih, sehingga mereka binasa/runtuh.” (HSR Muslim)
Inilah sumber permasalahan, dan inilah sumber kelemahan yang harus segera dibenahi dan diperangi, yaitu adanya berbagai penyelewengan dari ajaran Al-Qur’an dan As Sunnah. Inilah sebab terjadinya kemunduran sekaligus kekalahan umat Islam dari selain mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Umat Islam mundur dan kalah bukanlah karena kekurangan pengikut, atau kalah dalam hal teknologi atau persenjataan. Akan tetapi sebab utamanya ialah apa yang telah saya jabarkan di atas, yaitu umat islam pada zaman ini telah terpecah-pecah pemahaman dan keimanannya, dan mereka berusaha mencari kemuliaan dari selain jalan Allah dan Rasul-Nya, dan mencampakkan jauh-jauh syari’at yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah, sehingga keadaan mereka itu seperti digambarkan dalam pepatah arab:
ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها إن السفينة لا تجري على اليبس
Kau dambakan keselamatan, tapi engkau tak menempuh jalurnya
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan
Oleh karena itu berbagai upaya mereka hanyalah menambah berat petaka yang melanda umat, dan bukan menguranginya.
Banyak dari tokoh umat Islam menyeru dan menggalang kekuatan umat Islam untuk mewujudkan kembali kejayaannya, dengan berbagai metode yang mereka yakini; ada yang menempuh jalur parlemen untuk dapat mencapai pada kekuasaan, dan ada pula yang menempuh jalur kekerasan, dan ada yang menempuh jalur-jalur lainnya. Akan tetapi betapa sedikitnya tokoh umat Islam yang tetap istiqomah meniti jalur dan metode yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jalur pembinaan masyarakat dengan ilmu yang shahih dan amal yang shaleh, tanpa dinodai oleh syubhat, kesyirikan dan bid’ah.
Kisah berikut adalah bukti nyata dan penjabaran gamblang tentang metode yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam mewujudkan kejayaan umat islam:
Tatkala pasukan orang-orang Quraisy telah menghadang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam beserta kaum muslimin, dan kemudian terjadi negoisasi antara kedua belah pihak, diantara tawaran yang ditawarkan oleh orang-orang Quraisy kepada beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam ialah tawaran yang disampaikan oleh ‘Utbah bin Rabi’ah:
“Wahai keponakanku, bila yang engkau hendaki dari apa yang engkau lakukan ini adalah karena ingin harta benda, maka akan kami kumpulkan untukmu seluruh harta orang-orang Quraisy, sehingga engkau menjadi orang paling kaya dari kami, dan bila yang engkau kehendaki ialah kedudukan, maka akan kami jadikan engkau sebagai pemimpin kami, hingga kami tidak akan pernah memutuskan suatu hal melainkan atas perintahmu, dan bila engkau menghendaki menjadi raja, maka akan kami jadikan engkau sebagai raja kami, dan bila yang menimpamu adalah penyakit (kesurupan jin) dan engkau tidak mampu untuk mengusirnya, maka akan kami carikan seorang dukun, dan akan kami gunakan seluruh harta kami untuk membiayainya hingga engkau sembuh”.
Mendengar tawaran yang demikian ini, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak lantas menerima salah satu tawarannya yang berupa tawaran menjadi raja/pemimpin –sebagaimana yang diteorikan oleh banyak harokah islamiyyah zaman sekarang- agar dapat memimpin dan kemudian baru akan mengadakan perubahan undang-undang dst. Nabi tetap meneruskan perjuangannya membentuk tatanan masyarakat muslim yang beraqidahkan aqidah islam/tauhid dan berakhlakkan dengan akhlaq islamiyyah. Oleh karena itu Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab tawaran orang ini dengan membacakan surat Fushshilat (artinya):
“Haa Miim. Diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)”. Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya”. Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya) dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. ika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud”. (QS. Fusshilat: 1-13)
Setelah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam sampai pada ayat ke 13 ini, Utbah bin Rabi’ah berkata kepada beliau:
فقال عتبة : حسبك، ما عندك غير هذا ؟ قال : لا
“Cukup sampai disini, apakah engkau memiliki sesuatu (misi/tujuan) selain ini? Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Tidak.” [Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, Ibnu Hisyam 2/131, Dan Dalail An Nubuwah oleh Al Asbahani 1/194, dan kisah ini dihasankan oleh Syeikh Al Albani dalam fiqhus sirah]
Inilah sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah, dan inilah sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan kejayaan umat. Dan barang siapa menyelisihi metode ini, sehingga menempuh jalur lain, niscaya kekecewaan dan kegagalanlah yang akan ia tuai Dalam pepatah dinyatakan:
من استعجل الشَّيء قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barang siapa yang tergesa-gesa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya, niscaya ia akan dihukumi dengan kegagalan mendapatkannya.”
Disusun oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. & Ustadz Firanda Andirja, Lc.