Nasehat Untuk Pendiri Organisai, Jamaah Dan Partai

    Author: Sidiq Nurhidayat Genre: »
    Rating

    Sesungguhnya orang-orang yg memecah-belah agamanya & mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tdk ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Alloh, kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yg telah mereka perbuat” (Al-An’am ; 159)

    MUQADDIMAH
    Lembaga Dakwah pd zaman sekarang menyebar di mana-mana. Mereka mendirikan organisasi, partai & beberapa jama’ah, mereka berdalih utk memperjuangkan Islam. Akan tetapi kenyataan yg ada, mereka saling berpecah-belah. Mereka merasa kelompoknya yg paling benar, para pengikutnya pun merasa bangga dg pemimpinnya, keputusan pemimpin seperti wahyu ilahiah yg tdk boleh dibantah & harus ditaati, terancam jiwanya bila dikritik karena salah keputusannya, mau mengkritik akan tetapi tdk mau dikritik, kadang kala menolak da’i yg bukan golongannya apabila dianggap merugikan kelompoknya sekalipun da’i itu benar, mereka merasa sedih bila anggotanya keluar. Inilah kenyataan yg tdk bisa dipungkiri bagi orang yg tahu hakikatnya. Benarkah demikian cara kita memperjuangkan Islam? Insya Alloh dg menyimak pembahasan berikut ini & fatwa ulama Sunnah kita akan tahu jawabannya.

    MAKNA AYAT SECARA UMUM
    Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pemeluk agama sebelumnya berselisih satu sama lain di dalam pola berfikir. Masing-masing mengaku bahwa kelompoknya yg benar, umat ini pun berselisih satu sama lain di dalam beragama, semuanya tersesat kecuali satu yaitu Ahlus Su’nnah wal Jama’ah, yaitu mereka yg berpegang teguh dg Al-Qur’an & Sunnah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, & generasi pertama dari kalangan Sahabat Radhiyallahu ‘anhum & para tabi’in & para ulama kaum muslimin (salaf) dahulu & sekarang, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrok-nya ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang golongan yg selamat, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Mereka adalah orang yg mengikuti Sunnahku pd hari ini & Sahabatku” (Tafsir Ibnu Katsir 5/282)

    Ayat ini diperhatikan secara serius oleh ulama Sunnah, oleh karena itu sungguh amat beruntung apabila kita dalat mengambil ilmu mereka. Mari kita simak nasehat mereka.

    FAWAID AYAT
    (a). Tanda orang musyrik, mereka suka berpecah-belah.
    Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Orang musyrik suka mengganti & merubah agamanya, mereka beriman terhadap sebagian akan tetapi menolak sebagian yg lain. Mereka meninggalkan agamanya seperti orang Yahudi, Nasrani, Majusi, penyembah berhala & semua pengikut agama yg bathil sebagaimana dicantumkan di dalam ayat ini (Al-An’am ; 159)” (Tafsir Ibnu Katsir 6/282)

    (b). Hindari partai & golongan yg merusak persatuan umat & agama
    Ibnu Jarir At-Thobari rahimahullah berkata: “Orang yg tersesat mereka meninggalkan agamanya & sungguh partai & golongan telah memecah belah agama yg diridhoi Alloh utk para hamba-Nya, sehingga sebagian menjadi Yahudi, Nasrani & Majusi. Inilah yg dinamakan perpecahan, mereka bergolong-golongan tdk mau bersatu, mereka mengerti agama yg benar, akan tetapi meninggalkannya & memecah-belah” (Tafsir At-Thobari 8/78)

    (c). Pemecah-belah umat bukan golongan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim & Abu Syaikh dari As-Sudi bahwa maksud ayat “ wahai Nabi kamu tdk diperintah utk memerangi mereka”, lalu dihapus ketetapan ini dg surat Al-Baqoroh: 92, & beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintah memerangi mereka. Abul Ahwash berkata: “Nabimu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari umatnya yg berselisih” (Durul Mansur 3/400)

    Adapun faidah yg lain, masih banyak sekali sebagaimana tertulis dalam kitab tafsir & lainnya.

    ORGANISASI, PARTAI DAN HUKUMNYA
    Organisasi ialah kumpulan beberapa orang yg mempunyai tugas masing-masing dg tujuan yg sama & disusun secara berstruktur.

    Persatuan adalah gabungan dari beberapa bagian yg sudah bersatu dalam suatu lembaga.

    Himpunan adalah organisasi / perkumpulan yg bersatu dalam satu wadah karena satu idiologi (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer: 1063)

    Yayasan ialah badan hukum yg tdk beranggota, ditangani oleh pengurus, didirikan dg tujuan mengupayakan layanan & bantuan sosial seperti sekolah, rumah sakit & sebagainya. (Halaman: 1727)

    Partai politik adalah kumpulan orang yg mempunyai asas, haluan, pandangan, serta tujuan yg sama di bidang politik. (Halaman ; 1099)

    Dari keterangan di atas diketahui bahwa organisasi / kelompok yg didirikan utk urusan duniawi menurut asal hukumnya adalah halal, kecuali bila organisasi tersebut membawa mafsadah / kerusakan pribadi, umat / agama Islam, maka hukumnya haram, sebagaimana kaidah usul yg mengatakan al-ashlu fil-asyya’-al-ibahah (asal segala sesuatu hukumnya mubah).

    “Dia-lah Alloh yg menjadikan segala yg ada di bumi utk kamu” (Al-Baqoroh: 29)

    HUKUM MENDIRIKAN ORGANISASI DAKWAH
    Bagaimana bila mendirikan partai, jama’ah, golongan dg tujuan berdakwah!? Berikut ini jawabannya.

    “Dan janganlah kamu termasuk orang yg menyekutukan Alloh yaitu orang-orang yg memecah-belah agama mereka & mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dg apa yg ada pd golongan mereka” (Al-Rum: 31-32)

    Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Tidak boleh bagi siapa pun mengangkat orang mengajak umat ini utk mengikuti pola hidup & peraturannya, senang & membenci karena dia selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam & ijma ulama Sunnah. Adapun ciri ahli bid’ah mereka mengangkat pemimpin dari umat ini, / membuat peraturan yg mengakibatkan umat berpecah belah, mereka mencintai umat karena mengikuti peraturan golongannya & memusuhi orang yg tdk mengikuti golongannya” (Dar’ut Ta’arudh 1/149)

    Selanjutnya beliau rahimahullah berkata ;”Dan tdk boleh seorangpun membuat undang-undang yg dia menyenangi orang / memusuhinya dg dasar peraturannya, bukan peraturan yg tercantum dalam Al-Qur’an & Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 20/164)

    Syaikh Sholih Fauzan (anggota Kibarul Ulama Saudi Arabia) ditanya: “Kita sering mendengar istilah jama’ah-jama’ah (golongan-golongan) Islam pd zaman sekarang yg telah menyebar di dunia. Dari mana istilah penamaan ini?

    Beliau menjawab:”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tahu kepada kita cara beramal, beliau tidaklah meninggalkan sesuatu yg dapat mendekatkan umat ini kepda Alloh melainkan beliau telah menjelaskannya, & tidaklah meninggalkan sesuatu yg membuat manusia jauh dari Alloh melainkan beliau telah menjelaskannya. Termasuk perkara yg kamu tanyakan ini, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian hidup (setelah aku meninggal dunia) akan menjumpai perselisihan yg banyak. Bagaimana cara menanggulanginya ketika peristiwa ini terjadi? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Wajib bagimu berpegang kepada sunnahku & sunnah Khulafaur Rasyidin yg mendapat petunjuk sesudahku, hendaknya kamu berpegang kepadanya, & gigitlah dg gigi gerahammu, jauhkan dirimu dari perkara baru, karena setiap perkara baru bid’ah & setiap bid’ah adalah sesat’. (Dishahihkan oleh Al-Albani. Lihat Al-Irwa: 2455)
    Maka dari jama’ah yg ada, apabila dia berdiri di atas petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam & para sahabatnya, terutama Khulafaur Rasyidin & abad yg mulia, maka jama’ah & golongan dimana saja kita masuk di dalamnya, & wajib kita bekerja sama dg mereka. Adapun jama’ah yg menyelisihi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita wajib menjauhinya, walaupun dia mengatakan jama’ah islamiah. Yang menjadi ukuran bukan nama, akan tetapi kenyataan. Adapun nama memang banyak & marak kita saksikan dimana-mana, akan tetapi nihil & bathil juga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Telah berpecah-belah orang Yahudi manjadi tujuh puluh dua golongan, & akan bepecah belah umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, semua di neraka kecuali satu. Kami berkata ; ‘Siapa dia wahai Rasulullah? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Orang yg berpijak semisal saya pd hari ini & berpijak kepada Sunnah sahabatku”

    Keterangan ini jelas & gamblang. Jika kita menjumpai jama’ah & ini tandanya, mereka mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam & para sahabatnya, maka mereka golongan Islam yg benar. Adapun jama’ah yg menyelisihi jalan ini, & berjalan di atas jalan yg lain, jama’ah itu bukan golongan kita, & kami pun bukan golongan mereka, kita tdk masuk di dalamnya, & mereka pun tdk masuk golongan kita, mereka bukan dinamakan jama’ah, akan tetapi mereka itu firqoh (golongan pemecah-belah) dari firqoh yg tersesat. Karena itulah jama’ah tidaklah ada melainkan di atas manhaj yg benar, yg manusia bersatu di atasnya, sedangkan kebathilan pasti memecah-belah & tdk menyatukan, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

    “…Dan jika mereka berpaling sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu) “(Al-Baqarah: 137) (Al-Ajwibah Al-Mufidah an As’ilatil Manahajil Jadidah 6-8)

    Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid (anggota Kibarul Ulama Saudi Arabia) berkata:”Tidak boleh diangkat seorangpun utk mengajak umat ini menuju ke jalannya melainkan Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam & Rasul kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yg mengangkat selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panduan hidup maka dia tersesat & ahli bid’ah” (Hukmul Intima Ilal Firoq wal Ahzab wa Jama’at Islamiyah: 96-97)

    Syaikh Abu Anas Ali berkata: “Sesungguhnya partai & golongan yg memiliki peraturan yg menyelisihi Al-Qur’an & As-Sunnah ditolak oleh ajaran Islam, karena tdk ada dalil dari Al-Qur’an & hadits yg membolehkan umat Islam berpartai & bergolong-golongan, justru sebaliknya kita jumpai banyak dalil yg mencela berdirinya beberapa partai & golongan, misalnya firman-Nya yg tercantum dalam surat Al-An’am: 159 & Ar-Rum: 32, bahkan dampak yg kita ketahui dg adanya banyak partai & golongan satu sama lain saling menjelekkan, mencaci & memfasikan, bahkan boleh jadi lebih dari pd itu, mengkafirkan yg lain tanpa dalil” (Kaifa Nualiju Waqanal Alim 199-200)

    BENARKAH DAKWAH TIDAK AKAN MAJU TANPA ORGANISASI?
    Syaikh Abu Anas Ali berkata: “Ada orang yg berkata:’Tidak mungkin dakwah akan tegak & tersebar melainkan apabila di bawah naungan partai & golongan’. Maka kami jawab: Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:’Pendapat ini adalah salah, bahkan sebaliknya dakwah menjadi kuat & tersebar tatkala manusia kuat berpegang teguh kepda Al-Qur’an & Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam & orang yg paling banyak mengikuti jejak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam & para sahabat. Ketahuilah wahai para pemuda! Sesungguhnya banyaknya jama’ah / golongan adalah fakta yg menyakitkan & bukan fakta yg menyehatkan. Saya berpendapat hendaknya umat Islam satu partai saja, yaitu yg kembali kepada Al-Qur’an & Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” (As-Shohwatul Islamiyah Dhowabith wa Taujihat oleh Syaikh Ibnu Utsaimin: 258-259)

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun umat yg berpecah-belah menjadi sekian banyak golongan sehingga masing-masing mengatakan dia yg paling benar, bukan hanya ini saja, bahkan mereka menganggap sesat golongan lain, membid’ahkan golongan yg lain, membuat orang menjauhi kelompok lain, maka tidaklah diragukan bahwa ini adalah pendiskreditan & cacat bagi umat Islam. Ini merupakan senjata yg paling kuat utk membinasakan kebangkitan Islam yg penuh barokah ini. Maka kamu perlu menasehati saudara-saudara kami, hendaknya kalian bersatu, hindari perpecahan, kembalikah kepada jalan yg haq Inilah kewajiban setiap umat Islam” (Kajian rutin setiap bulan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin edisi pertama hal. 31)

    Al-Muhaddits Al-Albani ketika ditanya: “Bagaimana menurut pandangan syariat Islam, kaum muslimin bergolong-golongan, berpartai yg berbeda berorganisasi Islam, padahal satu sama lain berbeda sistemnya, caranya, seruannya, aqidahnya & berbeda pula landasan pegangan yg menjadi pegangan mereka, padahal golongan yg benar hanya satu sebagaimana disebut di dalam hadits yg shahih?. Beliau menjawab: “Tidaklah ragu bagi orang yg berilmu Al-Qur’an & As-Sunnah & memahaminya dg pemahaman salafush shalih yg diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa berpartai, bergabung dg kelompok-kelompok yg berbeda pola berfikirnya, ini adalah yg pertama. Dan manhaj / cara serta sarana yg berbeda pula, ini yg kedua, maka tidaklah Islam membolehkan hal ini sedikit pun, bahkan Alloh Pencipta kita melarang kita berpecah-belah bukan hanya satu ayat, misalnya surat Ar-Rum: 32, Hud: 118-119. Di dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla tdk mengecualikan perselisihan yg pasti terjadi, (karena ini merupakan kehendak kauni yg harus terjadi, bukan kehendak syar’i), maka Allah hanya mengecualikan golongan yg dirahmati, yaitu: “Kecuali orang yg dirahmati oleh Raabmu” (Hud: 119) (Fatwa Syaikh Al-Albani rekaman kaset nomor: 608, / lihat Kitab Kaifa Nualiju Waqianal Alim: 201)

    Syaikh Ibnu Jibrin tatkala ditanya: “Bagaimana hukumnya umat Islam mendirikan partai politik?” Beliau menjawab ; “Islam mengajak kita bersatu, & melarang kita berpecah-belah, orang Islam dilarang berpecah-belah berdasarkan firman-Nya di dalam surat Al-Imran ; 105, surat Ar-Rum: 31-32

    Dari keterangan ulama Sunnah di atas nampak jelas bahwa kenyataan yg ada, partai & golongan yg landasannya menyimpang dari Sunnah tidaklah menjadi sebab berkembangnya dakwah Islamiyah, akan tetapi sebaliknya merusak aqidah umat. Berapa banyak para tokoh partai menghalalkan yg haram, menghalalkan bid’ah & syirik, loyal dg agama selain Islam karena ingin mencari pengikut & ingin mencari kursi. Akan tetapi sebaliknya berdakwah yg dilakukan oleh perorangan dari kalangan ulama Sunnah yg kembali kepada pemahaman salafush shalih, mereka berhasil, mereka bersatu, walaupun lain tempat & waktu. Lihat dakwah Imam Ahmad rahimahullah & ahli hadits lainnya, ahli fikih & ahli tafsir salafush shalih, Ibnu Taimiyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab & ulama Sunnah yg baru saja meninggal dunia, misalnya Ibnu Baz, Al-Albani, Ibnu Utsaimin & lainnya baik yg telah meninggal dunia / yg masih hidup, dakwah mereka nyata, menerangi penduduk dunia, rohmatan lil alamin. Mereka berhasil memberantas kemusyrikan & kebid’ahan, penyakit yg sangat berbahaya di dunia yg merusak tauhid & Sunnah, padahal mereka tdk mendirikan partai, organisasi & jama’ah yg tersesat.

    BAHAYA FANATIK GOLONGAN
    Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali berkata ; “Sungguh sebagian ulama telah menjelaskan kerusakan yg disebabkan oleh manusia yg fanatik kepada madzhab-madzhab / golongan, di antaranya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, beliau menjelaskan kerusakannya sebagai berikut.

    . Menentang nash yg kuat dari Al-Qur’an & Sunnah, karena fanatik kepada golongan, & kadangkala merasa cukup dg pendapat saja.

    Penulis berkata: “Memang demikian kenyataannya, banyak pengikut terkena sihir & tertipu oleh pemimpinnya, sehingga agama adalah apa kata pemimpinnya’.

    . Mengambil hadits lemah & palsu sebagai dasar utk mempertahankan pendapatnya, bahkan mereka berdusta & berani membuat hadits utk mendukung pendapatnya.

    Penulis berkata: “Di antara ciri ahli bid’ah, mereka menolak hadits yg shahih & mengambil hadits yg lemah”.

    Mereka mendahulukan pendapat orang yg dianggap berilmu pd zaman sekarang dari pd ilmu ulama salafush shalih.

    Penulis berkata: “Benar, karena ulama salaf pd zaman dahulu dianggap tdk tahu fiqhul waqi’ / politik, & dituduh dg tuduhan jelek”

    . Terjerat oleh pendapat perorangan, & tdk mau mengambil ilmu / kebenaran madzhab yg lain, tdk mau membaca nasehat ulama, dikarenakan fanatik kepada pemimpinnya

    Penulis berkata:”Memang demikian, tdk sedikit pemimpin yg rusak aqidah & moralnya, akan tetapi karena jadi pemimpin, menjadi cermin hidup oleh pengikutnya”.

    . Umumnya ketetapan / anggaran dasar setiap golongan sunyi dari dalil syar’i bahkan membecinya.

    Penulis berkata: “Benar, bagaimana tidak, karena tim perumusnya dari berbagai macam aliran, sedangkan ketetapan diambil dg cara suara terbanyak, mana yg banyak itulah yg menang.

    . Tersebarnya taqlid, jumud & tertutupnya pintu ijtihad.

    (Diringkas dari At-Taasshub Al-Dzamim wa Atsarohu oleh DR Rabi bin Hadi Umar Al-Madkhali 5-15)

    Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid menjelaskan ada empat puluh satu bahaya dg berdirinya partai & golongan Islam diantaranya.

    1) Mereka mengikat wala & bara / menyenangi & membenci orang karena golongan.
    2). Kebanyakan kelompok/golongan yg menamakan dirinya kelompok/ golongan Islam merusak Islam, lihat kelompok Baha’iyah & Qodyaniah, dst.
    3). Kami bertanya: “Apakah setiap partai membolehkan apabila ditandingi oleh partai yg lain di dalam suatu negeri? Jika dijawab boleh, ini adalah jawaban yg tdk masuk akal, & tdk ingin umat ini menjadi baik. Jika tdk noleh, bagaimana membolehkan dirinya & melarang orang lain? Padahal semua partai menurut dugaan mereka ingin membela Islam”.
    4). Berapa banyak partai dasarnya hanya politik belaka, sunyi dari kaidah Islam, yg akhirnya merusak Islam & dakwah Islam menjadi suram.
    5). Dengan adanya beberapa golongan di dalam tubuh kaum muslimin menunjukkan adanya perpecahan didalamnya
    6). Dengan banyaknya partai akan mengebiri aktivitas amal Islami
    7). Masing-masing parati & golongan menyembunyikan kebenaran Islam karena penyakit fanatic golongan.
    8). Partai & golongan pasti merupakan persaudaraan umat Islam
    9). Dengan berdirinya banyak golongan pasti mencela & memberi gelar yg jelek kepada golongan lain. Ini adalah ciri orang jahiliyah perusak Islam.
    10). Partai & golongan dibangun atas dasar suara yg banyak, tdk mau dikriitik & dibantah.
    12). Pada awalnya partai itu dibangun utk mewujudkan amal Islami agar menjadi insan yg bertauhid, akan tetapi pd umumnya berubah menjadi bentuk yg aneh pd tubuh umat, karena ingin menyaingi partai yg lain.
    13). Bahaya yg paling nampak dg berdirinya golongan & partai adalah lenyapnya dakwah menuju ke jalan Allah sesuai dg dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    14). Dakwah yg dilakukan partai dibangun atas dasar pola berfikir & rancangan kelompoknya

    Inilah sebagian bahaya akibat munculnya banyak partai & golongan. Bagi yg ingin mengetahui bahaya yg lain, silahkan baca kitab Hukmul Intima’ Ilal Firoq Wal Ahzab Wal Jama’at Al-Islamiyah oleh Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid hal. 135-152)

    UMAT ISLAM PASTI BERPECAH-BELAH AKAN TETAPI WAJIB BERSATU
    Fitnah yg muncul pd akhir zaman bahwa umat Islam berpecah-belah menjadi beberapa golongan, masing-masing mengaku kelompoknya yg benar, seperti halnya orang Yahudi & orang Nasrani, mereka berpecah-belah & mengaku bahwa hanya golongannya yg benar

    “Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Orang Nasrani itu tdk mempunyai suatu pegangan’, Dan orang-orang Nasrani berkata: ‘Orang-orang Yahudi tdk mempunyai sesuatu pegangan’. Padahal mereka (sama-sama) membuat Al-Kitab” (Al-Baqarah: 113)

    Adapun dalil yg menjelaskan bawa umat Islam pd akhir zaman pasti berpecah-belah diantaranya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    “Sesungguhnya bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, & sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua, semuanya di neraka kecuali satu, & dia adalah jama’ah” (HR Ibnu Majah ; 3983) Dishahihkan Al-Albani Shahih Ibnu Majah 2/364.

    Yang dimaksud jama’ah di dalam hadits ini adalah kembali kepada yg haq, / sebagaimana yg diterangkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu orang yg berpijak kepada Sunnahku pd hari itu & Sunnah para sahabatku.

    Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah utk menciptakannya) bahwa pd akhir zaman umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah, sebagaimana dalil yg selalu dikumandangkan oleh orang ahli bid’ah dalam rangka menutup aib mereka, mereka berdalil dg hadits palsu ‘ ikhtilafu umati rahmat’ (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah perkataan itu bukan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi hadits palsu. Syaikh Al-Albani berkata: “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad hadits ini akan tetapi tdk menemukannya” (Lihat Silsilah Ahadits Dho’ifah 1/141)

    Dalil mereka ini tdk masuk akal, karena mustahil orang yg berselisih & berpecah-belah hidupnya penuh dg rahmat. Bukankah pasangan suami-istri bila berselisih terancam jiwanya, bagaimana berselisih dalam hal aqidah & ibadah merasa rahmat?! Oleh karena itu ahli bid’ah & orang yg fanatik golongan merasa sakit hatinya bika dikritik kesalahannya.

    Ketahuilah perpecahan umat ini merupakan ujian bagi orang yg beriman, hendaknya mereka memilih jalan yg benar & meninggalkan kelompok tersesat lainnya. Adapun dalil wajibnya kita bersatu, tdk boleh berpecah-belah & bergolong-golongan.

    “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, & janganlah kamu bercerai berai, & ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yg bersaudara” (Ali-Imran ; 103)

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

    “Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara & membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya & tdk menyekutukan sesuatu kepada-Nya, & apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua & kamu tdk berpecah-belah” (HR Muslim: 3236)

    BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU?
    Ayat & hadits diatas menunjukkan cara utk menyatukan umat Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna tali Allah ialah Al-Qur’an & Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits.

    “Kitab Allah adalah tali Allah yg menjulur dari langit ke bumi” (Lihat Silsilah As-Shahihah 5/37)

    Adapun dalil yg menunjukkan bahwa As-Sunnah termasuk tali Allah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tdk akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah & Sunnah Nabi-Nya’ (HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam 1/18)

    Pada zaman sekarang umat Islam tdk cukup hanya bepegang kepada Al-Qur’an & hadits yg shahih utk menyatukan umat, karena ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al-Qur’an & Sunnah, akan tetapi mereka berselisih & berpecah-belah, karena itu tidaklah umat Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al-Qur’an & hadits yg shahih disertai dg pemahaman salafush shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in & ahli hadits, sebab jika tokoh umat memahami dalil nash dg pemahaman salafush shalih niscaya mereka tdk akan berpecah belah walaupun mereka berselisih dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pd masalah ijtihadiah.

    Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dg pemahaman salafush shalih adalah sebagai berikut.

    “Orang-orang yg terdahulu lagi yg pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin & Anshor & orang-orang yg mengikuti mereka dg baik, Allah ridho kepada mereka & merekapun ridha kepada Allah & Allah & Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yg mengalir sungai-sungai di dalamnya ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yg besar” (At-Taubah: 100)

    Dalam ayat di atas Allah memuji sahabat & orang yg mengikuti mereka dg baik, yg sekarang dikenal dg nama ahlus sunnah wal jama’ah / pengikut as-salafush sholih.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

    “Maka barangsiapa yg menjumpai itu (perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku & Sunnah para kholifah yg menunjukkan kepada kebaikan & mendapat petunjuk, gigitlah Sunnah ini dg gigi geraham” (HR Tirmidzi 2600 & lainnya dishahihkan Al-Albani lihat Silsilah As-Shahihah 6/610)

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabat pula.

    Dari Abu Burdah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

    “Dan sahabatku adalah orang yg dapat dipercaya utk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka akan datang apa yg dijanjikan kepada umatku” (HR Muslim 4596)

    Imama Nawawi rahimahullah berkata: “Adapun makna “apa yg dijanjikan” yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan agama, & munculnya fitnah” (Syarah Imam Muslim 16/83)

    Selanjutnya orang yg menolak pemahaman para sahabat maka akan diancam menjadi orang yg tersesat.

    “Dan barangsiapa yg menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, & mengikuti jalan yg bukan jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yg telah dikuasainya itu & Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, & Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (An-Nisa: 115)

    Syaikh Al-Albani berkata: “Benarlah apa yg dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa umat Islam pd zaman sekarang –kecuali sedikit di antara mereka- tatkala mereka tdk berpegang teguh dg kitab Allah & Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tersesat & hina, yg demikian itu karena mereka berpegang kepada pendapat pemimpin mereka.

    Tatkala terjadi perselisihan, pendirian mereka pd dasarnya kembali kepada pemimpin mereka, jika ada ayat yg cocok, mereka ambil, jika tidak, mereka tolak. Bahkan sebagian mereka berkata: “Setiap ayat / hadits yg bertentangan dg pendapat mereka, maka dimansukh (dihapus)”. Semoga Allah merahmati Imam Malik rahimahullah, beliau berkata: “Dan tdk akan baik umat pd akhir zaman ini melainkan apabila mereka kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat” (Hajjatun Nabi 1/71)

    Kesimpulannya para tokoh masyarakat hendaknya mengajak umat agar kembali kepada pemahaman salafush shalih tatkala mengambil dalil dari Al-Qur’an & As-Sunnah, agar umat tetap bersatu & tdk timbul perasaan benar sendiri & menyalahkan orang benar.

    Tokoh umatnya hendaknya hati-hati dalam memimpin umat jangan sampai menjadi penyebab kerusakan umat.

    Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

    “Sesungguhnya yg paling aku takutkan dari umatku adalah para pemimpin yg menyesatkan” (HR Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Al-Albani Shahihul Jami’ 2316)

    Tokoh umat hendaknya takut di hadapan pengadilan Allah pd saat pengikut mengadu pd hari kiamat. Baca surat Ibarhim: 21-22 & surat Ghofir: 47-48, surat As-Saba: 31-33. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita semua, menjadi pemimpin yg mengajak umat kepada yg haq yg diridhoi oleh Allah Jalla Jala Luhu.

    (Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi 6, Th. Ke-7 1429/2008. Diterbitkan Oleh Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon Al-Islami, Alamat: Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim)





    Penulis: Al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron & diterbitkan oleh almanhaj. or. id
    By Kajian Islam dan Murattal

    One Response so far.

    1. Mas Yen says:

      alhamdulillah menarik ustadz!

    Leave a Reply

    Posting Terbaru




    Ingin langganan artikel gratis via email? masukan alamat email anda di sini:

    Delivered by FeedBurner

    Page Rank

    Visited Today

    Brownies Kukus LaKhansa

    Total Pageviews

    Alexa