Secercah Kasih Yang Terpendam

    Author: Sidiq Nurhidayat Genre: »
    Rating

    Saudaraku terkasih di jalan Allah ...

    Manusia memang boleh berharap dan berencana tentang apa saja. Tetapi Allah jualah yang menentukan hasil akhirnya. Ini berlaku bagi siapa saja. Betapa pada seluruh harapan yang kita usahakan, harus ada ruang yang kita sediakan untuk Allah. Sebuah ruang gelap berupa kehendak Allah, yang berada di luar kuasa kita. Di ruang ini, kita hanya bisa menyikapi dengan cara berdo’a, berharap dan bertawakal kepada-Nya. Di ruang ini pula, setiap orang harus menutup semua gelora optimisnya pada setiap ikhtiar yang dilakukan dengan kata "semoga" atau "mudah-mudahan". Persis seperti seorang ibu yang melepas anaknya ke ruang ujian. Ia tahu anaknya sudah rajin belajar. Tetapi ia harus tetap mengatakan,"Mudah-mudahan engkau berhasil, Nak!"
    Ya … seorang mukmin yang meyakini Allah sebagai Tuhannya, juga harus meyakini bahwa Dia pula yang menentukan usia, rezeki, jodoh dan segala ketetapan lain atas dirinya, termasuk datangnya musibah atau kekecewaan. Di sini kita harus belajar bahwa sebagai manusia kita bukan segala-galanya. Bahkan dengan teknologi canggih yang terus berkembang sekalipun tetap ada titik lemahnya. Subhaanallah …
    Saudaraku,
    Orang bijak berkata bahwa hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar yang tak selalu berujung dengan kesenangan atau keberhasilan. Karena perjalanan hidup memang tidak selalu mulus, sesuai dengan harapan kita. Hidup itu sendiri merupakan perpindahan dari satu masalah ke masalah lain. Dunia dengan segala godaannya yang memikat hati adalah tempat masalah, tempat iman kita diuji dengan derita atau bahagia, dengan kebaikan atau keburukan, hingga Allah mengetahui siapa yang benar-benar berjihad dan bersabar di jalan-Nya (QS. 47: 31) serta siapa yang terbaik amalnya (QS. 67: 2). Allah pun telah berfirman: "Apakah kamu mengira akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. 2: 214)
    Yang harus kita yakini adalah Allah tak akan membebani seseorang di luar batas kesanggupannya (QS. 2: 286). Rasulullah saw. pun bersabda: "Seseorang diberi cobaan menurut kadar kekuatan dien yang dimilikinya. Semakin kuat diennya semakin kuat pula cobaannya dan bila diennya melemah, melemah pula cobaannya. Ujian berjalan seiring dengan kadar diennya." (HR. Bukhari, Ahmad dan Turmudzi)
    Saudaraku,
    Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah mengalami saat-saat "koma" dalam kehidupan. Saat kita merasa tak kuat lagi menahan beban masalah. Bara semangat di hati kita hampir padam. Kita merasa lemah, lunglai dan lelah menyusuri liku-liku kehidupan yang seolah tak berujung, tanpa ada kepastian. Kita berada di titik kritis dan berharap seseorang akan menarik kita dari keterpurukan. Tetapi … hanya kekecewaan yang kita telan untuk kesekian kalinya. Kita tetap "sendiri" menggapai-gapai "kesepian" di tengah keramaian.
    Namun di balik puncak kegentingan, di kala kita merasa sangat tak berdaya dihempas "topan", biasanya kepasrahan total atau ketergantungan tulus lahir dan diberikan hanya kepada Allah. Pada saat itu pula kita benar-benar merasakan cinta sejati, yakni satu cinta kasih murni yang berasal dari Allah, Penguasa langit, bumi beserta segala isinya. Subhaanallah …
    Ibnul Qayyim mengistilahkan keadaan ini dengan kasih sayang batin, yang diberikan kepada hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Kasih sayang batin adalah sentuhan perasaan dalam hati seseorang yang mendapat musibah, berupa ketenangan dan ketentraman. Tidak resah dan tidak khawatir. Kata Ibnul Qayyim: "Seorang hamba justru bisa menjadi sangat sibuk merasakan kasih sayang-Nya, saat ia menghadapi penderitaan yang berat. Dia berpikir seperti itu karena yakin bahwa itu adalah pilihan terbaik yang ditetapkan Allah kepadanya."
    Intinya: dengan selalu husnudhan (berprasangka baik) kepada Allah, maka batin kita tetap dapat tersenyum bahagia merasakan limpahan cinta kasih-Nya, walau realita tampak suram dan tak berpihak kepada kita.
    Saudaraku,
    Ibnu ‘Athailah memberi pengarahan: "Tampilkanlah dengan sesungguhnya sifat-sifat kekuranganmu, niscaya Allah menolongmu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dalam ketidakberdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan daya dan kekuatan-Nya."
    Pertolongan Allah itu pasti adanya, Saudaraku! Sebagaimana firman-Nya: "Adalah hak bagi Kami menolong orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Ruum:47). Allah pun berjanji untuk mengabulkan do’a setiap muslim, selama tidak mengandung dosa dan memutuskan shilaturrahim. Masalahnya hanya terletak pada proses waktu serta bentuk pertolongan itu. Ada yang sifatnya "cash" (segera dikabulkan sesuai harapan kita), ada yang "delay" (ditunda dan diganti dalam bentuk lain), atau "deposit"’ (menjadi simpanan di akhirat).
    Saudaraku,
    Kehidupan dunia dengan segala konsekuensinya hanyalah sesuatu yang semu dan belum final. Kesejatian dalam kehidupan hanya dapat dirasakan di akhirat nanti. Di akhiratlah setiap orang akan mendapat balasan yang seadil-adilnya atas segala perbuatannya di dunia dan akan terbukti dengan jelas siapa orang-orang yang mempunyai posisi mulia atau hina-dina di hadapan Allah, Al-Aziizul Hakim. Kesadaran ini akan membuat kita dapat menyikapi realitas kehidupan dunia secara wajar dan proporsional. Tak lupa daratan jika harapan menjadi nyata, juga tidak terlalu berduka atau putus asa bila keinginan tak terwujud. Kita pun dapat tetap tersenyum tulus dalam menjalani hari-hari yang kadang sepahit empedu di bumi Allah yang fana ini. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Barang siapa yang selalu memikirkan akhiratnya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya." (HR. Turmudzi)
    Saudaraku,
    Perjalanan hidup di dunia hanyalah sebentar. Tidak akan lama … Semoga kita bisa bertahan, Saudaraku! Bertahan … dan bertahan dalam keimanan hingga selamat di penghujung usia dengan husnul khatimah. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan merahmati kita fied dunya wal akhirat. Aamien. Allahumma Aamien.
    "Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang tumbuh dari hati ke
    hati atas dasar ketaqwaan."
    "Ya Allah… Karuniakan kepada kami keberanian serta kemampuan
    untuk mengubah apa yang bisa diubah, ketabahan dalam menerima
    apa yang tidak bisa diubah dan kebijakan untuk membedakan
    keduanya."
    "Ya Allah… Karuniakan kepada kami ketenangan jiwa, yaqin akan saat
    perjumpaan dengan-Mu dan ridla dengan segala ketentuan-Mu."
    (Do’a Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam)





    http://murattalkeren.blogspot.com/

    Leave a Reply

    Posting Terbaru




    Ingin langganan artikel gratis via email? masukan alamat email anda di sini:

    Delivered by FeedBurner

    Page Rank

    Visited Today

    Brownies Kukus LaKhansa

    Total Pageviews

    Alexa